JUDUL RESENSI : WUJUD NYATA
MANUSIA DALAM NOVEL BEKISAR MERAH
JUDUL BUKU : Bekisar Merah
PENGARANG : Ahmad Tohari
PENERBIT :
PT. GRAMEDIA PUSTAKA
KOTA TERBIT : Jakarta
TAHUN TERBIT : 2013
JUMLAH HALAMAN : 360
UKURAN KERTAS : 21 cm
JENIS/ KATEGORI : Fiksi
SINOPSIS
Lasi adalah wanita dari
Karangsoga yang mempunyai suami bernama Darsa. Ia pergi ke Jakarta karena tahu
Darsa telah menghianati Lasi. Di sana ia tinggal di sebuah rumah makan milik Bu
Koneng. Lasi tidak tahu bahwa ia akan diserahkan pada Bu Lanting untuk dijual
kepada pelobi besar bernama Handarbeni. Di sana, Lasi dipaksa untuk menikah
dengan Handarbeni. Bagaimanapun menjadi istri Handarbeni bukanlah hal yang
diinginkannya.
Suatu hari Handarbeni
menerima telepon dari Pak Bambung, pelobi tingkat tinggi ibu kota. Ia meminjam
Lasi barang sebentar. Persetujuan pun terjadi. Tanpa mengetahui itu semua, Lasi
diajak berlibur oleh Bu Lanting. Ia tidak tahu menahu bahwa kepergiannya ke
Singapura adalah untuk menemani Pak Bambung makan malam. Setelah makan malam
selesai, mereka pergi ke kamar dan mengobrol.
Lasi kembali dipaksa
menikah dengan Pak Bambung oleh Bu Lanting. Seketika itu dia menolak dan
memutuskan untuk pulang ke Karangsoga. Di sana Ia bertemu dengan Kanjat,
seorang pemuda dua tahun lebih muda, namun pintar dan baik hati, di mata Lasi. Ia
meminta Kanjat untuk mengantarnya ke rumah pamannya di Sulawesi, untuk
menenangkan diri di sana. Atas saran Eyang Mus, seseorang yang dituakan di
kampung Karangsoga, sebelum berangkat ke Sulawesi, Lasi dan Kanjat harus
menikah karena tidak pantas laki- laki dan perempuan
pergi berdua apalagi untuk waktu lama. Mereka pun setuju karena mereka memang
saling menyukai. Lalu Lasi dan Kanjat pun akhirnya menikah siri. Dalam
perjalanan menuju rumah pamannya, tiba-tiba Lasi dijemput secara paksa oleh Bu Lanting
dan polisi dari Jakarta agar kembali tinggal bersama Pak Bambung. Akhirnya,
Lasi kembali tinggal bersama bersama Pak Bambung.
Lasi merasakan bahwa ia
hamil anak Kanjat, segera ia memberitahukan kehamilannya pada Kanjat. Selama
lima bulan Kanjat menunggu Lasi dengan amat tersiksa. Kabar beredar bahwa Pak
Bambung sudah ditahan dan para istrinya pun ikut diperiksa. Kanjat sangat
khawatir dengan keberadaan Lasi. Kanjat ditemani Pardi menuju Jakarta untuk
menyusul Lasi. Sesampainya di rumah Lasi, Lasi tidak ditemukan. Ternyata Lasi
sedang diperiksa di kantor polisi. Mereka segera menuju kantor polisi untuk
bertemu Lasi. Dengan bantuan seorang pengacara, teman Kanjat, akhirnya Lasi
bebas. Akhirnya, mereka pulang ke Karangsoga dengan perasaan lega dan bahagia.
WUJUD NYATA MANUSIA
DALAM NOVEL BEKISAR MERAH
Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari
merupakan salah satu novel yang memiliki daya tarik tersendiri terutama bagi
pencinta sastra di Indonesia. Novel ini bercerita tentang sebuah kehidupan
wanita Jawa dengan lika-liku hidupnya. Lasi, seorang wanita keturunan blasteran
Jawa-Jepang ini dikisahkan sebagai perempuan paling cantik diantara sebayanya. Berikut
beberapa keunggulan dari novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari.
Ahmad Tohari mampu
menggambarkan dengan baik tradisi kultur Jawa, melalui masyarakat yang polos,
lugu, dan memegang teguh nilai luhur budaya Jawa. Lasi dan Kanjat yang akan
pergi ke Sulawesi tidak bisa hanya pergi berdua, karena ada batas kepantasan
yang masih berlaku di Karangsoga. Laki laki dan perempuan tidak pantas hanya pergi berdua, apalagi
untuk waktu yang cukup lama. Maka Lasi dan Kanjat disarankan untuk menikah siri
demi menjaga martabat dan kehormatan mereka. Berikut beberapa kutipan yang
menggambarkan kultur masyarakat Jawa yang memegang teguh budaya Jawa.
Yang kukehendaki justru
kalian berdua bisa berangkat namun tetap dalam batas kepantasan. Nah, agar
pantas pergi berdua, kamu dan Lasi sebaiknya menikah dulu.... (Hal. 307)
Yang kumaksud, Kanjat
dan Lasi menikah secara syariat atau secara siri, atau apalah namanya sebelum
keduanya berangkat. Ini penting demi menjaga martabat dan kehormatan mereka,
juga kita semua.... (Hal. 307)
Penciptaan konflik diantara
tokoh juga sangat rapi. Lasi yang tahu suaminya Darsa telah menghianatinya lalu
pergi ke Jakarta. Di sana ia terjebak perdagangan perempuan yang sama sekali
tidak diketahuinya. Konflik kehidupan Lasi dengan Handarbeni, dilanjutkan
konflik kehidupan Lasi dengan Pak Bambung diceritakan secara urut. Oleh sebab
itu, pembaca lebih mudah memahami konflik yang terjadi.
Selanjutnya, cerita
terasa begitu nyata, sehingga mampu membuat pembaca terhanyut dalam cerita.
Latar tempat, suasana, maupun sosial digambarkan sangat rinci sehingga pembaca
seolah-olah berada di Karangsoga dengan kultur Jawanya yang kental.
Selalu ada panutan dan
pesan moral di setiap persitiwa yang terjadi. Pesan moral yang tercipta
diantaranya adanya sikap menolong pada tokoh Kanjat terhadap Lasi ketika akan
pergi ke Sulawesi, Pardi yang dengan rela menemani Kanjat pergi ke Jakarta untuk
menemui Lasi.
Ya, Paman Ngalwi yang
kini tinggal di daerah transmigrasi Sulawesi Tengah. Aku ingin menyingkir dan
bersembunyi di sana. mungkin untuk satu atau dua bulan. Atau entahlah, yang
penting saat ini aku ingin menyingkir. Kamu masih seperti dulu, suka
menolongku, bukan? (Hal.303)
Baik, aku mau mengantar
kamu ke Sulawesi. Tetapi aku tidak bisa pergi seenaknya karena aku pegawai.
Artinya, aku harus mengatur waktu.... (Hal.303)
Keunggulan selanjutnya
yang dapat dipaparkan, Ahmad Tohari bertutur sangat baik tentang sistem kepercayaan
Jawa dalam masyarakat, seperti pada saat Lasi mendengar suara puji-pujian dari
surau Eyang Mus yang membuatnya merasa dimengerti, dipahami, dan diterima kembali
oleh tanah kelahirannya. Juga para penyadap yang tetap berpuasa, meskipun
mereka harus naik turun belasan pohon kelapa setiap hari.
Yun ayun, ayun badan.
Wong ayun susahing ati.
Badan siji digawa mati.
wong neng dunya sugih dosa.
Neng akherat dipun
siksa. Gusti Allah, nyuwun ngapura.
Gendhung-gendhung pengeling eling.
Padha elinga mumpung
urip neng dunya.
Padha ngajia lawang
tobat esih menga.
Gawe dalan maring
suwarga.
Aja babad kudhi
jungkir.
Babadana klawan puji
lan dikir. (Hal. 291)
Selain beberapa keunggulan
di atas, novel Bekisar Merah juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu
dikaji. Beberapa diantaranya, novel
Bekisar Merah terlalu banyak menggunakan Bahasa Daerah, Bahasa Jawa, sehingga
pembaca sulit untuk memahami isi cerita. Apalagi jika pembacanya adalah
masyarakat di luar Jawa, mereka akan sulit memahami bahasa tersebut.
.... Kita sebaiknya
nrima saja. Kata orang, nrima ngalah luhur wekasane....(Hal. 31)
.... Mangkat slamet,
bali slamet, bisik Lasi. Amit-amit jangan seperti dulu, mangkat slamet, kembali sudah terkulai dalam
gendongan Mukri. (Hal. 51)
Bahasa yang digunakan
Ahmad Tohari juga terkesan vulgar. Ahmad Tohari seharusnya mampu menggunakan
bahasa-bahasa kias tanpa mengurangi nilai estetika untuk menggambarkan sesuatu
yang dirasa vulgar, seperti ketika Bunek si dukun berkomentar terhadap penyakit
Darsa.
“Atau tentang pucuk
Darsa yang lemah itu juga tidak apa-apa. Seperti ular tidur, nanti akan
menggeliat bangun bila cuaca mulai hangat.” (Hal. 48)
Kemudian, Alur
digambarkan kurang menarik sebab cerita mulai berjalan terlalu cepat dan tidak seimbang
ketika memasuki bagian akhir. Ahmad Tohari terkesan terburu-buru
menyelesaikan kisah Lasi dengan Kanjat.
Penggambaran kehidupan
Lasi dengan Kanjat tidak terbangun dengan baik oleh Ahmad Tohari. Tokoh Kanjat
dalam novel tersebut hanya sebagai penolong Lasi dalam menghadapi konflik
dengan tokoh lain. Sosok Kanjat menjadi tidak bermakna utuh dan lebih nampak
sebagai sekedar tempelan semata.
Sementara itu, jika
dilihat dari segi layout sampul, kurang sesuai dengan judul novel dan kurang
menarik. Novel yang berjudul Bekisar Merah hanya digambarkan sebuah kandang
ayam dan bulu yang berwarna merah. Pemaknaan terhadap gambar tersebut menjadi
kurang mengena pada pembaca. Padahal, Bekisar Merah memiliki makna ayam hasil
persilangan ayam hutan dengan ayam kampung yang menghasilkan ayam yang indah,
biasa digunakan sebagai pajangan. Sama halnya tokoh Lasi, seorang wanita
blesteran Jawa-Jepang yang memiliki paras cantik dan semua orang
menginginkannya.
Dari beberapa
keunggulan dan kekurangan yang telah dipaparkan di atas, novel Bekisar baik
untuk dipelajari bagi masyarakat saat ini, seperti tentang tidak baik jika
seorang laki-laki dan perempuan bepergian jauh dalam waktu yang lama. Hal
tersebut baik untuk ditiru atau diterapkan dalam kehidupan masyarakat saat ini.
Novel ini juga baik
dibaca bagi pelajar yang ingin mempelajari budaya Jawa karena novel Bekisar
Merah sarat akan kultur Jawa yang kental. Juga kepercayaan Jawanya yang
digambarkan dengan rapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar