Rabu, 20 Mei 2015

LIDAH TAK BERTULANG


Matanya berapi–api, semangat menceritakan apa yang terjadi dengannya. Tentang perselisihannya dengan salah satu teman barunya. Gerakan tangan seolah menari mengikuti kekesalan hatinya. Sesekali jilbabnya ikut menari terbelai angin lembut dari sawah yang terhampar luas di seberang kami.
Beberapa dari kami menanggapinya dengan tak kalah semangatnya. Anggukan–anggukan kepala terlihat seolah mereka setuju, seolah mereka mengerti. Mata penuh ketertarikan itu terus menatap matanya yang berapi–api .
Suara mulai dipelankan, seperti berbisik. Bisikan itu terbawa angin sawah di sebrang kami, kemudian hilang bercampur dengan partikel–partikel udara. Partikel–partikel itu bersatu terbang ke sana–ke mari yang nantinya menuju satu titik.

Angin terlalu sejuk dan tenang untuk mendukung bahasan mereka, kenyamanan ini membuat mereka lupa. Lupa bahwa angin akan membawanya ke langit ke tujuh.

Tidak ada komentar: